Stasiun Kereta Sarat Nilai Sejarah

Liputan6.com, Jakarta: Bosan dengan akhir pekan ke mal? coba sekali-kali ajak buah hati Anda menikmati indahnya stasiun di Kota Jakarta. Stasiun Tanjungpriok, salah satunya. Stasiun tertua ini kini tampil dengan wajah baru tapi tanpa meninggalkan potret sejarahnya.

Dibangun di zaman Belanda tahun 1914, stasiun ini menghubungkan Pelabuhan Tanjungpriok dan Kota Batavia alias Jakarta yang saat itu masih banyak tergenang rawa. Dibutuhkan setidaknya 1700 pekerja membangun kemegahan Stasiun Tanjungpriok yang kala itu terbesar di Asia.

Bangunannya berkonstruksi baja berayun pertama di dunia yang memungkinkan stasiun ini fleksibel. Berayun bila tertiup angin. Hebatnya lagi, stasiun dibangun di atas lahan seluas 34.134 meter persegi dan punya delapan jalur rel yang melayani ratusan keberangkatan tiap harinya.

Sayang, seiring zaman kegagahan stasiun ini mulai surut. Sejak 2000, PT Kereta Api Indonesia mulai mengurangi aktivitas di stasiun ini. Namun nilai sejarahnya yang tinggi membuat banyak pihak tergelitik. Tahun 2009, kejayaannya stasiun ini pun pelan-pelan disingkap kembali.

Pilar-pilar indah itu masih tetap rekat di dindingnya, termasuk pula kontruksi atap stasiun peninggalan Belanda. Sungguh megah. Menikmati Stasiun Tanjungpriok, seaakan dibawa menyusuri kejayaan sejarah perkeratan apian di negeri ini.

Stasiun yang perlu dikunjungi juga adalah Stasiun Sudirman. Namun stasiun yang dulunya bernama Stasiun Dukuh Atas ini sedikit berbeda dengan Tanjungpriok. Wajah baru stasiun ini tampil dengan konsep modern. Tangga sudah diganti dengan lift dan eskalator dan ada CCTV juga.

Sstem pembayaran tiketnya juga menggunakan kartu elektrik. Rencananya stasiun ini akan diresmikan pertengahan Februari ini. Jadi, tak hanya bisa jalan-jalan menikmati Kota Jakarta, berkunjung ke stasiun bisa memberi nilai edukatif untuk buah hati tercinta.(JUM)

Sumber: Liputan6.com