Pagi ini, sebagaimana
biasa saya mengajar di kelas VII Pi. Pagi ini saya tergesa-gesa ke ruangan majlis guru karena kelompok
tahfiz saya agak terlambat selesainya. Di tambah lagi saya tidak mandi sebelum
subuh, otomatis mandi pagi nya dipindahkan setelah tahfiz. Tanpa memperpanjang
waktu, setelah tahfiz ba’da subuh selesai, saya langsung mandi pagi dan
bergegas datang ke kantor asrama. Jarak antara kantor dan asrama tidak jauh,
hanya beberapa meter saja. Santri sudah mulai berbaris untuk apel pagi,
terlihat Pak Kepsek kami Betharianto, MA sedang memimpin apel pagi. Saya langsung
masuk ke kantor asrama dan menyiapkan perlengkapan mengajar pagi ini, yaitu
file warna hijau berisi absen santri dan nilai santri yang wajib dipunyai oleh
setiap ustadz dan ustadzah yang mengajar, dan tak lupa pula buku panduan saya
yaitu buku pelajaran Muthalaah.
Pelajaran muthalaah ini merupakan cabang dari pelajaran bahasa Arab, dalam
mata pelajaran ini buku yang saya pakai yaitu Khulashah Nuril Yakin. Berisi
tentang sejarah kehidupan Rasulullah Saw.
Jam 08.25 Wib apel pagi selesai, saya langsung menuju ruang kelas VII Pi. Dari
beberapa kelas yang saya ajar, kelas VII Pi ini sangat kritis sekali. Hal yang selalu mereka komentari adalah tentang
penampilan saya. Jika baju yang saya pakai menurut mereka tidak cocok, maka
mereka akan mengatakannya langsung. Menurut mereka baju yang cocok bagi saya
adalah baju kemeja lengkap dengan dasi. Baju batik tidak cocok buat saya. Padahal
pakaian favorit saya kan baju batik. Bahkan
parfum yang saya pakai juga mereka beri komentar. Jika masuk kelas VII Pi ini,
saya selalu memakai parfum berbau strawberry. Kalau berubah parfum yang saya
pakai pasti mereka akan beri komentar. Pernah sekali saya memakai parfum...
(saya lupa namanya). Awal saya masuk kelas, langsung terdengar celotehan dari
seorang santri: “ pedas ustadz, pedas banget baunya, ganti....”. Mereka protes
agar saya mengganti parfum saya. Itulah santri Putri kelas VII, dengan plus dan
minusnya. Mereka perhatian sekali dengan saya sebagai guru mereka. saya masih
teringat ucapan guru saya ketika saya di bangku MTsN dulu: “ Cintai dulu
gurumu, maka kamu akan cinta pelajarannya”. Dan memang itu terbukti. Saya sudah
buktikan sendiri. Ketika saya jadi guru, santri-santri saya juga melakukan hal
yang sama. Jika saya tidak menarik menurut mereka, mereka agak malas belajar
dengan saya. Makanya dalam mengajar, bukan hanya penguasaan materi yang harus
dipunyai oleh seorang guru, namun ada yang lebih penting dari pada itu yaitu
penampilan yang menarik dan percaya diri yang tinggi di hadapan santri.
ketika kakiku kulangkahkan masuk kelas VII Pi, mereka sudah menjawab
salamku dengan semangatnya, “waalaikum salam ustadz”, kata mereka serentak. Padahal
saya belum mengucapkan apa-apa. Pasti ini ada keinginan yang tersembunyi. Tebakan
saya ternyata benar, mereka ingin belajar ke sungai. Kegirangan meliputi wajah
mereka semua ketika saya anggukkan kepalaku tanda menyetujui usulan mereka
untuk belajar ke sungai.
Kami berjalan menyusuri jalan kecil menuju sebuah sungai yang tidak jauh
dari Ponpes. Hanya beberapa menit saja, kami sudah sampai di sungai. Dan mulainya
proses belajar mengajar. Tanpa terasa waktu 2 jam pelajaran berlalu dengan
cepatnya, karena semangat dan keseriusan mereka dalam mengikuti pelajaran. Hmm..
saya bergumam di dalam hati: “ Tempat belajar hanya wasilah untuk menyampaikan
pelajaran kepada santri, tujuan belajar adalah terjadinya proses transfer ilmu.
Asal tujuan tercapai berbagai wasilah boleh digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Agar tercapai tujuan kita, kadang dibutuhkan hati untuk mendengar
pendapat mereka, karena anak seumuran mereka butuh untuk di dengar. Jika kita
sudah dengarkan ide mereka, mereka pasti akan lakukan dengan sungguh-sungguh. Buktinya
semua mengikuti PBM dengan baik. Kadang belajar di alam terbuka merupakan
pilihan terbaik untuk menghilangkan kejenuhan santri dari belajar di ruang
kelas. Mari kita kembangkan ide bersama santri. Kita selami dunia mereka,
jangan paksa mereka ikut dunia kita. Jika kita sudah menyelami dunia mereka,
nanti kita akan mudah untuk memberi warna terhadap dunia mereka. berikanlah
sentuhan lembut kita, kembangkan imajinasi mereka. ingat mereka adalah generasi
pelanjut kita.”
Pondok Pesantren Modern Subulussalam
Senin, 6 April 2015, 11.00 PM
Bersambung........
Asyik ya bro,,hehe
ReplyDeletenice blog
ReplyDeletedimana itu pak sejuk bener
ReplyDelete