Selamat sore sahabatku, sambil duduk-duduk di kantor asrama mengamati
aktifitas santri yang sedang latihan tapak suci dan sambil menunggu santri
kelas IX yang kembali ke Pesantren pada hari ini. Mereka di pulangkan ke rumah
masing-masing pada kamis kemarin setelah menyelesaikan UAS. Beberapa orang dari
mereka baik putra maupun putri sudah mulai nampak berdatangan.
Rintik-rintik gerimis tak terasa mulai membasahi kawasan pondok, memang
saat ini lagi musim hujan, hampir tiap hari hujan mengguyur Pesantren kami. Awan
mendung hitam gelap nampak nyata di langit yang biasanya biru. Namun cuaca
seperti ini tidak menyurutkan semangat santri untuk beraktifitas sebagaimana
biasa.
Di tulisan saya kali ini, sebagaimana pesan penulis kondang. Kalau tidak
salah namanya Mbak Helvy Tiana Rosa, cobalah menulis dengan hati. Hmm, saya
akan coba menulis dengan hati. Walaupun kadang mentok kehilangan ide ketika di
saat menulis. Maklum belum terbiasa, seperti wartawan yang kadang dalam sehari
bisa menulis beberapa berita sekaligus.
Baiklah, saya akan mencoba menulis pengalaman saya selama menjadi pengasuh
di Pesantren Modern Subulussalam. Ketika saya diterima di Pesantren ini saya
diamanahi untuk mengurus santri, istilah kami sebagai wali kamar. Saya bertanggung
jawab kepada beberapa orang santri yang menjadi anak asuh saya. Pengalaman menarik
terjadi ketika saya di tahun kedua disini, kebetulan di tahun kedua ini saya
dipercaya sebagai Waka Bagian Asrama. Disamping saya sebagai Waka Bagian
Asrama, saya juga sebagai pengasuh atau wali kamar santri. Setelah santri
dibagi menjadi beberapa kamar. Saya memilih menjadi wali kamar santri kelas I. Jumlahnya
sekitar 16 orang santri dalam satu kamar itu. Mereka kami beri fasilitas
lemari, Dipan tidur yang dua tingkat dan kasur. Sementara bantal dan lain-lain
mereka bawa dari rumah masing-masing.
Di hari-hari pertama, merupakan masa-masa sulit bagi santri baru. Karena mereka
akan menempuh keadaan yang belum pernah mereka rasakan. Setelah santri baru
masuk, kami sengaja membuat program yaitu selama 1 bulan orang tua santri
dilarang untuk mengunjungi ataupun sekedar berbicara dengan anaknya ditelpon. Jika
ada yang perlu diantarkan untuk anaknya harus melalui ustadz atau ustadzah,
janjiannya di luar komplek pesantren. Hmm... sadis banget peraturannya kata
sebagian orang tua,, hahaha. Namun demi untuk merubah kebiasaan anak dari zona
nyamannya kepada zona yang tidak nyaman bagi sebagian orang, hal ini harus kami
lakukan. Sampai mereka terbiasa. Karena kegiatan mereka terjadwal mulai dari
jam 4 subuh sampai jam 10 malam. Kami memilih program ini mempunyai 2 tujuan, yaitu
untuk menguji anak jauh dari orangtua dan menguji orangtua jauh dari anak.
Di hari pertama, pemandangan mata bengkak dan isak tangis terlihat
dimana-mana baik di asrama santri putra maupun di asrama santri putri. Saat-saat
itulah, saat yang sulit baik bagi anak maupun bagi orangtua santri. Berpisah dengan
anak selama 1 bulan tidak boleh di temui dan dilihat.
Bahagia Milik Semua
hari berganti hari, beberapa hari pertama biasa saja. Santri disibukkan
dengan MOS, siang malam kegiatan mereka padat. Setelah itu, sudah mulai ada
orangtua yang menelpon minta berbicara dengan anaknya bahkan sampai ada
orangtua yang menangis-menangis ingin mendengar suara anaknya. Peraturan tetap
peraturan, kami tidak izinkan. Bahkan ada yang nekat langsung datang ke
Pesantren.
Sedangkan santri, karena mereka sedang masa transisi dari masa SD ke
tingkat SMP, dari biasanya jam 6 baru bangun dan terbiasa dengan berbagai
hiburan di rumah dengan gadget dan TV. Semua di Pesantren itu tidak ada. Jam 4
subuh sampai jam 10 malam sudah ada jadwal kegiatan. Sudah mulai ada rasa jenuh
dari mereka. Sudah mulai ada yang kangen dengan suasana rumah. Sudah ada yang
rindu dengan fasilitas di rumah. Sudah mulai nampak sifat asli mereka, seperti
manja, susah di bangunkan bahkan ada juga yang ngompol.
Disitulah saya sebagai single parent, hehehe. Harus mencari ide untuk
membuat mereka senyaman mungkin. Kadang sebelum tidur saya bacakan mereka
dongeng. Kadang ada juga, sebelum tidur minta diusap-usap kepalanya, Kadang kami
ketawa bersama, bercanda bersama dan bermain bersama. Setelah dijalani, banyak
pelajaran yang dapat kita ambil sebagai orangtua pengganti atau pengasuh. Dengan
menjalaninya kita bisa memahami karakter masing-masing anak, 16 santri dalam
satu kamar, 16 pula sifatnya. Disitu cinta, kasih sayang dan kebijaksaan kita
sangat diharapkan. Alhamdulillah para ustadz dan ustadzah di asrama
melakukannya dengan penuh cinta. mereka berhasil untuk bisa move on dari
suasana rumah ke suasana pondok yang di setting sedemikian rupa yang padat
dengan berbagai macam kegiatan, kami berhasil pula menjadi orangtua bagi
mereka. Alhamdulillah. Disini, di Pesantren Modern Subulussalam ada cinta.
orangtua memberikan mereka cinta, di sinipun sama.
Pondok Pesantren Modern Subulussalam
Minggu, 5 April 2015, 4:46 PM
Bersambung......
di ponpes apa tuh gan? ente ngjar juga?
ReplyDeletePonpes Subulussalam di Padang Pariaman, Sumatera Barat. saya ngajar disini Gan,, Jangan Lupa Datang Berkunjung Ya,,,
ReplyDelete