Hafiz Online - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas)
memastikan kenaikan harga jual gas bumi dari ConocoPhillips ke Petronas,
Malaysia, hampir 100 persen. Kenaikan itu berpotensi meningkatkan
penerimaan negara hingga US$1 miliar atau Rp9 triliun selama periode
2012-2022.
“Amandemen kontrak akan ditandatangani besok,
disaksikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,” kata Kepala Divisi
Humas, Sekuriti, dan Formalitas, BP Migas, Gde Pradnyana, di Jakarta,
Rabu 2 Mei 2012.
Gde menjelaskan, harga gas dari Anambas,
Kepulauan Riau ke Duyong, Malaysia itu naik signifikan. ConocoPhilips
menjual gas ke Petronas sejak 2002 dari Natuna Blok B dengan volume
kontraknya sebanyak 263 miliar british thermal unit per day (Btud).
Ia
menjelaskan, harga jual gas Duyong sebelumnya setara US$3,1 per mmbtu.
Pemerintah dan Petronas telah sepakat menaikkan harga menjadi US$6 per
mmbtu. Dengan kenaikan harga hampir 100 persen itu, pemerintah Indonesia
akan memperoleh tambahan pendapatan negara.
Untuk penjualan gas di dalam negeri, BP Migas sebelumnya telah
menaikkan harga jual gas dari lapangan Maleo yang dioperasikan Santos di
Jawa Timur. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai pembeli telah
setuju memperbaiki harga dari US$2,4 per juta british thermal unit (mmBtu) menjadi US$5 per mmBtu dengan pasokan 110 juta kaki kubik per hari.
“Kami intensif mendorong perbaikan harga gas ekspor maupun domestik,” kata Gde.
BP
Migas beralasan, selain meningkatkan penerimaan negara, perbaikan harga
gas dapat menggiatkan kegiatan operasi migas, khususnya di
lapangan-lapangan gas marginal yang selama ini belum dikembangkan.
“Investor akan lebih tertarik karena harganya bersaing,” katanya.
Gde
menegaskan, BP Migas terus berupaya meningkatkan pasokan gas domestik
setiap tahunnya. Mulai 2009, porsi domestik telah lebih tinggi dari
ekspor. Jumlah untuk domestik akan makin bertambah dengan beroperasinya
terminal terapung penerima gas alam cair (LNG) di Teluk Jakarta.
“Tahun ini, untuk pertama kalinya LNG dipasok ke domestik,” kata dia.
Sebelumnya, seluruh produksi LNG diekspor ke Asia Pasifik dan Amerika, karena tidak adanya infrastruktur pendukungnya.
Dia
mengungkapkan, BP Migas telah mendorong produsen gas bumi di Kalimantan
Timur, khususnya Total E&P Indonesie sebagai pemasok terbesar
kilang LNG Bontang, untuk mengalokasikan 11,75 juta metrik ton LNG
selama 11 tahun kontrak dengan harga US$11 per mmBtu.
Harga ini
masih di bawah harga ekspor yang berkisar US$18 per mmBtu. Meski lebih
murah, konsumen domestik dianggap perlu mendapat prioritas. “Karena
pasokan gas tersebut dapat memberikan efek berganda (multiplier effect) pada perekonomian nasional,” kata Gde.
Sumber: Viva News
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih Banyak Atas Komentarnya... Jangan Lupa Baca Artikel Yang Lain Ya.... :)